Image Source: Asianagri.com
Salah satu industri yang ditekuni Royal Golden Eagle (RGE) adalah kelapa sawit. Mereka memiliki Asian Agri yang berkecimpung di sana. Melalui unit bisnisnya itu, RGE menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas untuk mengembangkan bisnis.
Industri kelapa sawit memiliki peran penting bagi bangsa Indonesia. Negara kita merupakan pengekspor kelapa sawit terbesar di dunia. Hal itu menyumbang devisa yang nilainya signifikan, yakni mencapai 23 miliar dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp317 triliun.
Kalau ditotal, sumbangan devisa sektor kelapa sawit mencapai 13% dari nilai keseluruhan ekspor Indonesia. Jumlah ini lebih tinggi dari kontribusi minyak dan gas yang hanya sembilan persen dengan nilai sebesar 15,7 miliar dolar AS atau sekitar Rp217 triliun.
Bukan hanya sumbangan devisa yang diberikan, lapangan kerja yang dihasilkan oleh industri kelapa sawit sangat banyak. Menurut data yang dilaporkan oleh Kumparan, pada 2016, sektor kelapa sawit menyerap tenaga kerja sekitar 5,5 juta orang. Di dalam negeri, jumlah itu hanya kalah dari industri kelapa yang membuka lapangan kerja untuk 6,5 juta orang.
Rakyat kecil juga menikmati dampak industri kelapa sawit. Dari 11,6 juta hektare, luas lahan kebun kelapa sawit di Indonesia, sebesar 41% dimiliki oleh rakyat. Baru sisanya yang dimiliki oleh perusahaan.
Beberapa data ini memperlihatkan bahwa industri kelapa sawit tidak bisa diremehkan. Perannya sangat penting bagi perekonomian bangsa. Oleh sebab itu, sudah seharusnya semua pihak memajukan sektor ini.
Sebagai perusahaan yang selalu peduli terhadap kemajuan bangsa, Royal Golden Eagle berupaya aktif mendukung perkembangan industri kelapa sawit dengan beragam cara. Salah satunya adalah pengembangan SDM.
Dalam bidang apa pun SDM selalu berperan vital. Tanpa SDM yang berkualitas, perkembangan satu industri pasti terhambat. Terkait industri kelapa sawit, ini menjadi tantangan besar. Sebab, kualitas para pekerja kelapa sawit belum memuaskan. Ini yang membuat produktivitasnya belum terlalu baik.
Atas dasar ini, RGE melalui Asian Agri mengambil langkah strategis. Mereka mendirikan Asian Agri Learning Institute (AALI) sejak 5 Januari 2002. Pendiriannya dimaksudkan untuk menciptakan SDM andal dalam industri kelapa sawit.
AALI merupakan sebuah pusat pelatihan untuk membentuk SDM berkualitas di industri kelapa sawit. Untuk menjalankan program pendidikan Asian Agri menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi seperti Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Brawijaya, dan Universitas Sumatera Utara (USU). Berkat itu, AALI dijamin memiliki kurikulum yang sesuai standar.
Namun, institusi yang didirikan oleh anak perusahaan Royal Golden Eagle ini bukanlah pendidikan tinggi khusus kelapa sawit. AALI merupakan lembaga pelatihan nonuniversitas yang mengakomodasi kemampuan anak-anak muda berbakat di bidang perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
Asian Agri merasa perlu mendirikannya karena jumlah lembaga serupa di dalam negeri sangat minim. Padahal, tuntutan untuk mengembangkan industri kelapa sawit sangat besar. Sebab, potensinya teramat besar untuk disia-siakan.
Pada akhirnya, AALI didirikan untuk menjawab permasalahan tersebut. Per tahun, AALI membuka kesempatan bagi 100 peserta pelatihan yang disebut sebagai planter. Mereka disaring dari berbagai perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
Nanti di AALI mereka akan dilatih seluk-beluk industri kelapa sawit. Pendidikan yang diberikan sudah memenuhi standar sistem manajemen mutu ISO 9000:2008. Alhasil, selepas pendidikan, para planter dijamin menguasai berbagai kompetensi untuk terjun di bidang tersebut.
SISTEM PELATIHAN YANG DIBERIKAN
Image Source: Asianagri.com
Royal Golden Eagle serius dalam menjadikan AALI sebagai pusat pelatihan untuk mengembangkan pelaku industri kelapa sawit kompeten. Setiap tahun, 100 peserta direkrut. Mereka dibagi menjadi tiga angkatan berbeda.Dalam melakukan pembelajaran, AALI akan melatih para siswanya selama enam bulan. Mereka diajari tentang perkebunan dan produksi. Namun, mereka tidak hanya belajar belaka. AALI memberi para planter gaji sesuai dengan standar yag ditetapkan di provinsi.
Maklum saja, para peserta pelatihan tidak hanya belajar di dalam kelas. Mereka praktik langsung di lapangan untuk ikut serta dalam operasional Asian Agri. Para planter akhirnya mengemban tugas dan tanggung jawab mengelola tanaman-tanaman, serta menangani aspek-aspek operasional yang ada di perusahaan.
Dengan itu, mereka merasakan proses pengelolaan kelapa sawit dari hulu ke hilir. Oleh karenanya, mereka akan kenal dan berpengalaman atas pengolahan menggunakan mesin maupun urusan akomodasi.
Berkat pelatihan dengan praktik langsung semacam ini, lulusan AALI dijamin berkualitas. Tidak heran, banyak pihak yang memperebutkannya. Namun, alumni AALI bisa pula bekerja di Asian Agri.
Salah satu yang menjadi contoh adalah Arif Budiman yang bergabung ke AALI pada 2014. Usai lulus dari Universitas Riau (UNRI) pada 2013, ia berkarier di Asian Agri sebagai trainee. Namun, sebelum menjadi karyawan tetap, Arif menempuh pendidikan di AALI selama enam bulan.
"Saat di AAALI, saya dilatih untuk kuat dan mandiri, secara fisik dan mental. Selain itu, dilatih juga untuk disiplin. Pelatihan itu membuat saya menjadi pribadi yang lebih baik," ujarnya.
Selain di Asian Agri, banyak pula lulusan AALI yang bekerja di perusahaan kelapa sawit lain. Mereka diincar karena dianggap punya kompetensi tinggi di sektor tersebut. Ini dibenarkan oleh Supervisor AALI yang bernama Sufriyadi.
"Perusahaan perkebunan lain melihat kita, para lulusan, sebagai sumber daya yang memiliki kemampuan mumpuni, dengan sikap dan juga pola pikir yang sangat baik," ucap Sufriyadi di Kompas.com.
Menyiapkan para pelaku industri kelapa sawit yang kompeten memang menjadi tujuan AALI. Sampai 2016, mereka tercatat telah menghasilkan 2.200 lulusan . Mereka tersebar di berbagai tempat di Indonesia.
"Di sini, kami melatih mereka untuk menjadi pekebun yang terbaik dengan teknologi modern dan pengetahuan menyeluruh mengenai industri perkebunan, secara khusus kelapa sawit. Di samping memberi ilmu dan mengasah kemampuan, kami juga turut menanamkan mengenai pentingnya berlaku disiplin dan memiliki pola pikir yang baik mengenai nilai dan praktik prinsip-prinsip berkelanjutan agar dapat tertanam di hati dan pikiran mereka," ucap Sufriyadi.
Terlepas dari itu, keberadaan AALI menjadi salah satu cara bagi Asian Agri untuk menyebar semangat peduli terhadap lingkungan. Selama ini industri kelapa sawit kerap dianggap tidak dijalankan dengan bertanggung jawab. Padahal, tidak seperti itu. Di unit bisnis RGE tersebut, pengelolaan perusahaan didasarkan pada prinsip keberlanjutan.
Melalui AALI, Asian Agri melatih pelaku industri kelapa sawit yang bisa menjalankan pengelolaan dengan semangat berkelanjutan. Mereka diharapkan mampu menularkannya di mana pun berkarya nanti.
Asian Agri melakukannya karena sebagai bagian dari Royal Golden Eagle, mereka dituntut untuk ikut aktif menjaga kelestarian alam. Sejak berdiri pada 1973 dengan nama Raja Garuda Mas, RGE memang berkomitmen melakukan perlindungan lingkungan. Komitmen itu terus dijaga hingga kini bersama dengan unit-unit bisnisnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar